Blogger Kristen Mesir Ditahan Tanpa Proses Peradilan
Seorang blogger asal Mesir yang juga pemeluk Kristen Koptis, memasuki tahun kedua hidup di dalam penjara—tanpa tuduhan apa pun. Selama berada di bui, Hani Nazzer, 28 tahun, mengaku dipaksa memeluk agama Islam agar dapat keluar dari penjara.
Tahun lalu, tepatnya pada 3 Oktober, Nazeer yang berprofesi sebagai karyawan di sebuah sekolah dan pemilik blog Karz El Hob atau Cinta Buah Cherry, ditangkap oleh pemerintah Mesir dan dijebloskan ke Penjara Burj Al-Arab. Meski pihak keamanan tidak pernah mendakwa Hani dengan tuduhan kriminal, ia ditahan selama lebih dari satu tahun.
“Nazeer telah ditahan dengan sewenang-wenang, dan kini dipaksa untuk meninggalkan kepercayaannya,” jelas Gamel Eid, direktur eksekutir Arabic Network for Human Rights Information (ANHRI).
“Polisi mengatakan kepada para tahanan bahwa jika Hani bersedia memeluk agama Islam maka ia akan dibebaskan dari penjara; para tahanan inilah yang terus-menerus memaksa Nazeer,” imbuh Eid sebagaimana diberitakan Christian Post.
Selain itu, Nazeer juga kerap mendapat ancaman dari tahanan lainnya lantaran ia tetap berpegang pada imannya.
Sehari sebelum penangkapan Nazeer, sekelompok pemuda muslim setempat melihat blog miliknya kemudian meng-klik tautan ke sebuah novel online bertajuk “Azazil’s Goat in Mecca”(Kambing Azazil di Mekah)—ditulis untuk menanggapi buku berjudul “Azazil” milik Yusuf Zidane, yang berisi kritikan terhadap kekristenan.
Di Mesir, penghinaan terhadap agama merupakan pelanggaran pidana; namun ini hanya berlaku jika agama yang dihina adalah Islam.
Menurut Eid, pemicu yang sebenarnya adalah kekecewaan otoritas Islam setempat terhadap kritikan Nazeer terhadap upaya islamisasi di Tanah Mesir, dan politisasi di gereja koptis.
“Pertemuan para penggiat politik di gereja koptis tidaklah tepat karena gereja dimaksudkan sebagai rumah ibadah, bukan aktivitas politis,” tulis Nazeer dalam laman blognya.
“Nazeer berada di posisi yang sangat sulit; bukan saja karena ia ditentang oleh kaum muslim tapi juga petinggi gereja yang menjadi sasaran kritikan Nazeer,” papar Eid, prihatin.
Sepupu Nazeer, Kalldas Fakhry Girgis, 15 tahun, yang baru bertemu Nazeer 15 hari lalu, berkata bahwa meski Nazeer berada dalam kurungan, kondisi mentalnya cukup baik.
“Ia tetap teguh memegang iman dan keyakinannya,” aku Kalldas.
Seorang blogger asal Mesir yang juga pemeluk Kristen Koptis, memasuki tahun kedua hidup di dalam penjara—tanpa tuduhan apa pun. Selama berada di bui, Hani Nazzer, 28 tahun, mengaku dipaksa memeluk agama Islam agar dapat keluar dari penjara.
Tahun lalu, tepatnya pada 3 Oktober, Nazeer yang berprofesi sebagai karyawan di sebuah sekolah dan pemilik blog Karz El Hob atau Cinta Buah Cherry, ditangkap oleh pemerintah Mesir dan dijebloskan ke Penjara Burj Al-Arab. Meski pihak keamanan tidak pernah mendakwa Hani dengan tuduhan kriminal, ia ditahan selama lebih dari satu tahun.
“Nazeer telah ditahan dengan sewenang-wenang, dan kini dipaksa untuk meninggalkan kepercayaannya,” jelas Gamel Eid, direktur eksekutir Arabic Network for Human Rights Information (ANHRI).
“Polisi mengatakan kepada para tahanan bahwa jika Hani bersedia memeluk agama Islam maka ia akan dibebaskan dari penjara; para tahanan inilah yang terus-menerus memaksa Nazeer,” imbuh Eid sebagaimana diberitakan Christian Post.
Selain itu, Nazeer juga kerap mendapat ancaman dari tahanan lainnya lantaran ia tetap berpegang pada imannya.
Sehari sebelum penangkapan Nazeer, sekelompok pemuda muslim setempat melihat blog miliknya kemudian meng-klik tautan ke sebuah novel online bertajuk “Azazil’s Goat in Mecca”(Kambing Azazil di Mekah)—ditulis untuk menanggapi buku berjudul “Azazil” milik Yusuf Zidane, yang berisi kritikan terhadap kekristenan.
Di Mesir, penghinaan terhadap agama merupakan pelanggaran pidana; namun ini hanya berlaku jika agama yang dihina adalah Islam.
Menurut Eid, pemicu yang sebenarnya adalah kekecewaan otoritas Islam setempat terhadap kritikan Nazeer terhadap upaya islamisasi di Tanah Mesir, dan politisasi di gereja koptis.
“Pertemuan para penggiat politik di gereja koptis tidaklah tepat karena gereja dimaksudkan sebagai rumah ibadah, bukan aktivitas politis,” tulis Nazeer dalam laman blognya.
“Nazeer berada di posisi yang sangat sulit; bukan saja karena ia ditentang oleh kaum muslim tapi juga petinggi gereja yang menjadi sasaran kritikan Nazeer,” papar Eid, prihatin.
Sepupu Nazeer, Kalldas Fakhry Girgis, 15 tahun, yang baru bertemu Nazeer 15 hari lalu, berkata bahwa meski Nazeer berada dalam kurungan, kondisi mentalnya cukup baik.
“Ia tetap teguh memegang iman dan keyakinannya,” aku Kalldas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar